Gunung Ruang Erupsi yang ada di Sulawesi Utara erupsi pada Rabu (17/04). Letusan dahsyat yang berlangsung sekitar pukul 20:15 WITA ini cukup mendadak.
Gunung ini sendiri memiliki ketinggian puncak sekitar 725 mdpl. Letaknya ada di Pulau Ruang dengan 2 kampung bernama Limpatehe dan Pumpente.
Kronologi Erupsi Gunung Ruang
Sebelum erupsi, awalnya telah terjadi gempa tektonik di Pulau Maluku pada 9 dan 14 April 2024. Setelah itu, aktivitas gempa jadi semakin rutin hingga 146 kali.
Pada akhirnya, PVMBG menaikkan status gunung ini jadi waspada. Karena aktivitas kegempaan semakin merajalela, level gunung pun berubah jadi siaga.
Saat erupsi Gunung Ruang terjadi, rupanya juga ada kilatan petir. Sesuai penjelasan PVMBG di akun media sosial resminya, petir vulkanik tersebut merupakan manifestasi pelepasan muatan listrik.
Petir bisa muncul lantaran proses erupsi. Adanya kilatan petir ini awalnya membuat warga merasa khawatir sekaligus ngeri mengenai bencana apa lagi yang akan menimpa.
Akibat erupsi gunung ini, di area sekitar juga terdapat endapan awan panas. Hujan abu juga masih deras. Aktivitas kegempaan juga belum stabil sehingga kemungkinan besar gunung akan kembali erupsi.
Dampak Erupsi Gunung Ruang
Letusan gunung dengan eskalasi yang terbilang sangat cepat ini menimbulkan dampak mengerikan. Adapun salah satu dampaknya yakni munculnya potensi tsunami.
Hal ini jelas menjadi ancaman tersendiri. Warga sekitar merasa ketar-ketir dibuatnya. Bagaimana tidak, bencana gunung meletus saja sudah mengerikan, apalagi dengan adanya potensi tsunami yang pastinya menambah penderitaan.
Karena hal itu, warga yang ada di sekitar Gunung Ruang diungsikan. Hal ini tak terkecuali pula warga binaan lapas yang ada di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, Sulawesi Utara.
Proses evakuasi ini menggunakan kapal SAR Basarnas Manado. Adapun tujuan evakuasi ini tak lain sebagai bentuk antisipasi dampak letusan gunung. Saat ini warga yang terdampak sudah aman di tempat pengungsian.
Erupsi Gunung Ruang di Sulawesi Utara memiliki dampak mengerikan. Harapannya, tsunami tak benar-benar terjadi. Begitu pula dengan potensi erupsi yang tak lagi terulang. Dengan demikian, warga bisa kembali beraktivitas sebagaimana mestinya.